fbpx
Wikipedia

Melani Budianta

Melani Budianta (Tan Tjiok Sien) (lahir di Malang, Jawa Timur, 16 Mei 1954; umur 67 tahun)adalah seorang akademikus, intelektual publik, dan aktivis berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan kepakaran di bidang kajian gender, pascakolonialisme, sastra bandingan, dan kajian budaya. Melani merupakan istri dari sastrawan Eka Budianta.

Melani Budianta
LahirTan Tjiok Sien
16 Mei 1954 (umur 67)
Kebangsaan Indonesia
PekerjaanAkademisi
Dikenal atasGerakan Perempuan, Kritikus Sastra dan Kajian Budaya

Pendidikan

Melani Budianta meraih gelar sarjana dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (dulu Fakultas Sastra) Universitas Indonesia pada tahun 1979. Ia kemudian meraih gelas Master dalam bidang Kajian Amerika dari University of Southern California (1981) dan Ph.D. dalam bidang Sastra Inggris dari Cornell University (1992).

Gerakan perempuan

Di Indonesia, Melani Budianta dikenal sebagai intelektual publik yang aktif dalam gerakan perempuan. Ia turut mendirikan Suara Ibu Peduli,[1] kelompok perempuan yang sangat berperan dalam Reformasi 1998 lewat “Politik Susu” yang menggugat dampak kebijakan ekonomi pemerintah terhadap anak-anak dan perempuan. Suara Ibu Peduli turut menyokong aksi mahasiswa 1998 dengan menyalurkan nasi bungkus, uang, obat-obatan, dan tenaga mereka. Dengan menggunakan istilah “Ibu” sebagai payung besar, Suara Ibu Peduli melakukan redefinisi atas konstruksi “Ibu” Orde Baru yang apolitis dan terbatas di wilayah domestik.

Segera setelah kerusuhan Mei 1998, Melani Budianta memprotes Menteri Urusan Peranan Wanita lewat sebuah surat terbuka berjudul yang terbit di Media Indonesia. Melani menggugat sikap diam Menteri UPW ketika masalah perkosaan terhadap perempuan merebak di media massa dan di kalangan tokoh-tokoh masyarakat.[2]

Melani menggarisbawahi pentingnya gerakan perempuan yang bermunculan di akhir 1990-an sekaligus bersikap kritis atasnya. Ini tercermin lewat tulisannya, "The Blessed Tragedy: The Making of Women's Activism during the Reformasi Years (1998-1999)," sebuah tulisan dalam buku Challenging Authoritarianism in Southeast Asia: Comparing Malaysia and Indonesia (2003). Minatnya pada isu perempuan mendorongnya untuk turut mendirikan Women's Research Institute, sebuah institusi penelitian berperspektif feminis, pada tahun 2002.

Dunia akademis dan jaringan internasional

Sebagai akademisi, ruang gerak Melani tidak hanya terbatas di Indonesia, sebagaimana yang terlihat lewat publikasi sekaligus keterlibatan aktifnya di jaringan akademi internasional. Melani telah menerbitkan tulisan tentang gender, sastra, dan identitas budaya di sejumlah jurnal seperti Signs, Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Nivedini: Journal of Gender Studies, Asian Exchange, maupun antologi seperti Self and Subject in Motion-Southeast Asian and Pacific Cosmopolitans (ed. Katherine Robinson), Challenging Authoritarianism in Southeast Asia: Comparing Malaysia and Indonesia (eds. Ariel Heryanto & Sumit Mandal), Clearing a Space: Postcoloniality and Indonesian Literature (eds. Keith Foulcher & Tony Day).

Melani terus aktif dalam mencari titik temu dan kolaborasi antar-peneliti di jaringan akademi internasional. Ia merupakan editor Inter-Asia Cultural Studies, fellow di Asian Regional Exchange for New Alternative (ARENA), dan anggota komite seleksi SEASREP (Southeast Asian Studies Regional Exchange Program) dan API (Asian Public Intellectual). Ia juga pernah menjadi anggota Badan Penasihat ASF (Asian Scholarship Foundation).

Demokrasi dan pluralisme

Tulisan Melani kerap menelaah persoalan hubungan antara demokrasi, pluralisme dan politik identitas dari sudut pandang budaya, sebagaimana yang dituangkannya dalam artikel "Plural Identities: Indonesian Women's Redefinition of Democracy in the Post-Reformasi Era" (Review of Indonesian and Malaysian Affairs, 2006). Perhatian Melani terhadap perubahan budaya, sosial, dan politik di Indonesia tidak hanya terfokus pada isu perempuan, tetapi juga posisi orang Tionghoa di Indonesia. Tulisannya tentang budaya Tionghoa di Indonesia antara lain adalah “The Dragon Dance: Shifting Meaning of Chineseness in Indonesia.”[3]

Dalam sebuah wawancara di The Jakarta Post, Melani mengatakan bahwa iklim demokrasi saat ini di Indonesia telah melahirkan perayaan keberagaman di satu sisi, namun di sisi lain muncul pula “ekses” politik identitas dalam bentuk kedaerahan dan eksklusivitas. Ia mengkritik perspektif sempit dalam memandang nasionalisme; menurutnya: “Nasionalisme adalah persoalan keseharian kita, bagaimana kita mempertahankan kebersamaan bukan sebagai sesuatu yang romantis, tetapi sebagai sesuatu yang diupayakan setiap hari.”[4]

Sastra

Latar belakang pendidikan Melani adalah Sastra Inggris; ia menulis skripsi sarjana tentang Harold Pinter di Universitas Indonesia (1979 di bawah bimbingan Tuti Indra Malaon)[5] dan disertasi doktoral tentang Stephen Crane di Cornell University (1992).[6] Namun kemudian Melani banyak memberi sumbangan dalam dunia sastra Indonesia sebagai kritikus dan pengajar yang kerap diundang dalam berbagai peristiwa sastra.[7] Ia juga turut memberikan kontribusi dalam sejumlah upaya pendokumentasian karya-karya sastra Indonesia; beberapa di antaranya adalah Sandiwara Derma: Antologi Drama (editor, bersama Sapardi Djoko Damono[8] dan Antologi Drama Indonesia, Jilid 1 (1895-1930) (Editorial Board).[9] Pada tahun 2010, bersama Riris K. Sarumpaet, Melani menyunting kumpulan tulisan tentang penyair Sapardi Djoko Damono dalam tulisan Membaca Sapardi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010).

Beberapa buku yang ditulis maupun diterjemahkan oleh Melani, seperti Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi[10] dan Teori Kesusastraan[11] terus dipakai dalam pengajaran sastra di tataran universitas.

Melani memberi perhatian besar dalam hal penerjemahan sastra. Ia menulis sebuah pengantar sekaligus ulasan mendalam untuk novel Arundhati Roy, The God of Small Things edisi Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002). Artikelnya, “Tiga Wajah Julius Caesar: Gender dan Politik dalam Terjemahan,” menelaah terjemahan Julius Caesar karya William Shakespeare oleh Muhamad Yamin (1951), Asrul Sani (1976), dan Ikranegara (1985) dalam khasanah teater Indonesia.[12]

Kajian budaya

Melani Budianta dikenal sebagai salah seorang pelopor perkembangan Kajian Budaya (Cultural Studies) [13] di Indonesia. Ia telah mengajar mata kuliah Kajian Budaya sejak pertengahan 1990-an sebelum akhirnya Universitas Indonesia membuka program Magister Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Melani mendorong penggunaan perspektif Kajian Budaya di bidang-bidang yang sebelumnya lebih banyak disoroti dari sudut pandang lain, seperti misalnya kasus buruh migran. Ia pernah, bersama-sama dengan tim peneliti Universitas Indonesia, melakukan penelitian tentang identitas budaya pekerja migrasi domestik asal Indonesia. Tanpa menihilkan kasus kekerasan nyata yang menimpa TKI di Indonesia, penelitian ini mencoba melihat akumulasi modal budaya yang diperoleh buruh migran selama di luar negeri. Pada tahun 2013 penelitian ini diolah oleh B Verry Handayani dan Teater Garasi dalam bentuk pertunjukan teater dokumenter berjudul Sangkar Madu.[14]

Karya ilmiah

Beberapa tulisan akademis Melani Budianta dalam jurnal dan antologi (berbahasa Inggris)

  • "Malang Mignon: Cultural Expresssions of the Chinese, 1940-1960." 2014-02-11 di Wayback Machine. dalam Jennifer Lindsay & Maya H.T. Liem, Heirs to World Culture: Being Indonesian 1950-1965 (Leiden: KITLV Press, 2012): 255-281.
  • "Negotiating Boundaries and Alterity: The Making of a Humanities scholar in indonesia, a Personal Reflection." dalam Beng-Lan Goh (ed.), Decentring & Diversifying Southeast Asian Studies: Perspectives from the Region (Institute of Southeast Asian Studies, 2011): 187.
  • “Beyond the Stained Glass Window: Indonesian Perceptions of the United States War on Terror” dalam David Farber (ed), The International Perceptions on The U.S. War on Terror (Princeton University Press, 2007): 27-48.
  • "The Dragon Dance: Shifting Meanings of Chineseness in Indonesia." dalam Katherine Robinson, ed, Asian and Pacific Cosmopolitans: Self and Subject in Motion[pranala nonaktif permanen] (Palgrave Macmillan, 2007): 169-189.
  • "Diverse Voices: Indonesian Literature and Nation Building," dalam Hock G. Lee dan Leo Suryadinata (eds.), Language, Nation and Development in Southeast Asia (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2007): 51-73.
  • “Decentralizing Engagements: Women and the Democratization Processes in Indonesia,” Signs, Summer 2006, vol 31.
  • "The blessed tragedy: The making of women's activism during the Reformasi years." Challenging Authoritarianism in Southeast Asia: Comparing Indonesia and Malaysia. Routledge Curzon (2003): 145-77.
  • "Plural Identities: Indonesian Women's Redefinition of Democracy in the Post-Reformasi Era." Review of Indonesian and Malaysian Affairs. 36.1 (2002): 35-50.
  • "Indonesian women's responses to violence: towards an alternative concepts of human security." Inter-Asia Cultural Studies 1.2 (2000): 361-363.
  • "Discourse of cultural identity in Indonesia during the 1997-1998 monetary crisis." Inter-Asia cultural studies 1.1 (2000): 109-128.

Buku dan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia

  • “Tiga Wajah Julius Caesar: Gender dan Politik dalam Terjemahan” dalam Henri Chambert-Loir (ed.), Sadur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia 2014-02-09 di Wayback Machine. (KPG, EFEO, Forum Jakarta-Paris, Pusat Bahasa, Univ. Pajajaran, 2009), hal. 1011-1024.
  • Melani Budianta, et.al, Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi (Magelang: IndonesiaTera, 2002).
  • "Sastra dan Ideologi Gender." Horison XXXII/4, 1998.

Tulisan di media massa Indonesia

  • “Transformasi Gerakan Perempuan di Indonesia,” 2015-07-14 di Wayback Machine. Kompas, 20 Desember, 2000.
  • “Saya Kapok jadi Wanita: Surat Terbuka untuk Menteri UPW,” Media Indonesia, 1 Juli 1998.

Referensi

  1. ^ Nur Iman Subono, Catatan Perjalanan Suara Ibu Peduli (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 1999)
  2. ^ Melani Budianta, “Saya Kapok jadi Wanita: Surat Terbuka untuk Menteri UPW” (Media Indonesia, 1 Juli 1998).
  3. ^ Melani Budianta, “The Dragon Dance: Shifting Meaning of Chineseness in Indonesia,” dalam Katherine Robinson (ed), Asian and Pacific Cosmopolitans; Self and Subject in Motion (Hampshire, UI: Palgrave, 2007), hal.169-189.
  4. ^ "Melani Budianta: Indonesia Comes into Existence in Everyday Life," The Jakarta Post, August 24, 2008
  5. ^ Melani Budianta, Pinteresque: Gaya Harold Pinter di dalam Lakon-lakonnya: The Birthday Party, The Caretaker dan Silence[pranala nonaktif permanen] (Universitas Indonesia, 1979).
  6. ^ Bagian dari disertasinya diterbitkan dalam "A Stained Glass Window: Stephen Crane's Cultural Translations" (American Studies International Vol. 37, No. 1 February 1999), hal. 71-88)
  7. ^ . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-27. Diakses tanggal 2013-07-03. 
  8. ^ Sapardi Djoko Damono dan Melani Budianta (eds), Sandiwara Derma (Antologi Drama) (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2009)
  9. ^ John McGlynn, ed, Antologi Drama Indonesia, Jilid 1 (1895-1930) (Jakarta: Lontar Foundation, 2006).
  10. ^ Melani Budianta, et.al., Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi (Magelang: IndonesiaTera, 2002).
  11. ^ René Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan: diindonesiakan oleh Melani Budianta (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1995)
  12. ^ “Tiga Wajah Julius Caesar: Gender dan Politik dalam Terjemahan” dalam Henri Chambert-Loir (ed.), Sadur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (KPG, EFEO, Forum Jakarta-Paris, Pusat Bahasa, Univ. Pajajaran, 2009), hal. 1011-1024.
  13. ^ Tentang "Cultural Studies" dan kontroversinya di Indonesia, lihat Ahmad Sahal, ""Cultural Studies"" dan Tersingkirnya Estetika,[pranala nonaktif permanen] Kompas, 2 Juni, 2000, hal. 29.
  14. ^ Aryo Wisanggeni, "Kesaksian dari Toko Kelontong," Kompas, Minggu, 9 Juni, 2013.

Pranala luar

  • (Indonesia) Profil Guru Besar Universitas Indonesia.
  • (Indonesia) Tokoh 2015-11-07 di Wayback Machine. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • (Indonesia) Tokoh Sastra 2013-02-04 di Wayback Machine. Dokumentasi Sastra Indonesia dan Nusantara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
  • (Indonesia) Tokoh 2010-03-27 di Wayback Machine. www.tamanismailmarzuki.com
  • (Indonesia) "Melani Budianta: Indonesia Comes into Existence in Everyday Life," The Jakarta Post, August 24, 2008
  • "Against the Grain: Two Chinese-Indonesian Women are Role Models for the Younger Generation," Inside Indonesia 95: Jan-Mar 2009

melani, budianta, tjiok, sien, lahir, malang, jawa, timur, 1954, umur, tahun, adalah, seorang, akademikus, intelektual, publik, aktivis, berkebangsaan, indonesia, merupakan, guru, besar, fakultas, ilmu, pengetahuan, budaya, universitas, indonesia, dengan, kepa. Melani Budianta Tan Tjiok Sien lahir di Malang Jawa Timur 16 Mei 1954 umur 67 tahun adalah seorang akademikus intelektual publik dan aktivis berkebangsaan Indonesia Ia merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan kepakaran di bidang kajian gender pascakolonialisme sastra bandingan dan kajian budaya Melani merupakan istri dari sastrawan Eka Budianta Melani BudiantaLahirTan Tjiok Sien 16 Mei 1954 umur 67 Kebangsaan IndonesiaPekerjaanAkademisiDikenal atasGerakan Perempuan Kritikus Sastra dan Kajian Budaya Daftar isi 1 Pendidikan 2 Gerakan perempuan 3 Dunia akademis dan jaringan internasional 4 Demokrasi dan pluralisme 5 Sastra 6 Kajian budaya 7 Karya ilmiah 7 1 Beberapa tulisan akademis Melani Budianta dalam jurnal dan antologi berbahasa Inggris 7 2 Buku dan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia 8 Tulisan di media massa Indonesia 9 Referensi 10 Pranala luarPendidikan SuntingMelani Budianta meraih gelar sarjana dari jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dulu Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1979 Ia kemudian meraih gelas Master dalam bidang Kajian Amerika dari University of Southern California 1981 dan Ph D dalam bidang Sastra Inggris dari Cornell University 1992 Gerakan perempuan SuntingDi Indonesia Melani Budianta dikenal sebagai intelektual publik yang aktif dalam gerakan perempuan Ia turut mendirikan Suara Ibu Peduli 1 kelompok perempuan yang sangat berperan dalam Reformasi 1998 lewat Politik Susu yang menggugat dampak kebijakan ekonomi pemerintah terhadap anak anak dan perempuan Suara Ibu Peduli turut menyokong aksi mahasiswa 1998 dengan menyalurkan nasi bungkus uang obat obatan dan tenaga mereka Dengan menggunakan istilah Ibu sebagai payung besar Suara Ibu Peduli melakukan redefinisi atas konstruksi Ibu Orde Baru yang apolitis dan terbatas di wilayah domestik Segera setelah kerusuhan Mei 1998 Melani Budianta memprotes Menteri Urusan Peranan Wanita lewat sebuah surat terbuka berjudul yang terbit di Media Indonesia Melani menggugat sikap diam Menteri UPW ketika masalah perkosaan terhadap perempuan merebak di media massa dan di kalangan tokoh tokoh masyarakat 2 Melani menggarisbawahi pentingnya gerakan perempuan yang bermunculan di akhir 1990 an sekaligus bersikap kritis atasnya Ini tercermin lewat tulisannya The Blessed Tragedy The Making of Women s Activism during the Reformasi Years 1998 1999 sebuah tulisan dalam buku Challenging Authoritarianism in Southeast Asia Comparing Malaysia and Indonesia 2003 Minatnya pada isu perempuan mendorongnya untuk turut mendirikan Women s Research Institute sebuah institusi penelitian berperspektif feminis pada tahun 2002 Dunia akademis dan jaringan internasional SuntingSebagai akademisi ruang gerak Melani tidak hanya terbatas di Indonesia sebagaimana yang terlihat lewat publikasi sekaligus keterlibatan aktifnya di jaringan akademi internasional Melani telah menerbitkan tulisan tentang gender sastra dan identitas budaya di sejumlah jurnal seperti Signs Review of Indonesian and Malaysian Affairs Nivedini Journal of Gender Studies Asian Exchange maupun antologi seperti Self and Subject in Motion Southeast Asian and Pacific Cosmopolitans ed Katherine Robinson Challenging Authoritarianism in Southeast Asia Comparing Malaysia and Indonesia eds Ariel Heryanto amp Sumit Mandal Clearing a Space Postcoloniality and Indonesian Literature eds Keith Foulcher amp Tony Day Melani terus aktif dalam mencari titik temu dan kolaborasi antar peneliti di jaringan akademi internasional Ia merupakan editor Inter Asia Cultural Studies fellow di Asian Regional Exchange for New Alternative ARENA dan anggota komite seleksi SEASREP Southeast Asian Studies Regional Exchange Program dan API Asian Public Intellectual Ia juga pernah menjadi anggota Badan Penasihat ASF Asian Scholarship Foundation Demokrasi dan pluralisme SuntingTulisan Melani kerap menelaah persoalan hubungan antara demokrasi pluralisme dan politik identitas dari sudut pandang budaya sebagaimana yang dituangkannya dalam artikel Plural Identities Indonesian Women s Redefinition of Democracy in the Post Reformasi Era Review of Indonesian and Malaysian Affairs 2006 Perhatian Melani terhadap perubahan budaya sosial dan politik di Indonesia tidak hanya terfokus pada isu perempuan tetapi juga posisi orang Tionghoa di Indonesia Tulisannya tentang budaya Tionghoa di Indonesia antara lain adalah The Dragon Dance Shifting Meaning of Chineseness in Indonesia 3 Dalam sebuah wawancara di The Jakarta Post Melani mengatakan bahwa iklim demokrasi saat ini di Indonesia telah melahirkan perayaan keberagaman di satu sisi namun di sisi lain muncul pula ekses politik identitas dalam bentuk kedaerahan dan eksklusivitas Ia mengkritik perspektif sempit dalam memandang nasionalisme menurutnya Nasionalisme adalah persoalan keseharian kita bagaimana kita mempertahankan kebersamaan bukan sebagai sesuatu yang romantis tetapi sebagai sesuatu yang diupayakan setiap hari 4 Sastra SuntingLatar belakang pendidikan Melani adalah Sastra Inggris ia menulis skripsi sarjana tentang Harold Pinter di Universitas Indonesia 1979 di bawah bimbingan Tuti Indra Malaon 5 dan disertasi doktoral tentang Stephen Crane di Cornell University 1992 6 Namun kemudian Melani banyak memberi sumbangan dalam dunia sastra Indonesia sebagai kritikus dan pengajar yang kerap diundang dalam berbagai peristiwa sastra 7 Ia juga turut memberikan kontribusi dalam sejumlah upaya pendokumentasian karya karya sastra Indonesia beberapa di antaranya adalah Sandiwara Derma Antologi Drama editor bersama Sapardi Djoko Damono 8 dan Antologi Drama Indonesia Jilid 1 1895 1930 Editorial Board 9 Pada tahun 2010 bersama Riris K Sarumpaet Melani menyunting kumpulan tulisan tentang penyair Sapardi Djoko Damono dalam tulisan Membaca Sapardi Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2010 Beberapa buku yang ditulis maupun diterjemahkan oleh Melani seperti Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi 10 dan Teori Kesusastraan 11 terus dipakai dalam pengajaran sastra di tataran universitas Melani memberi perhatian besar dalam hal penerjemahan sastra Ia menulis sebuah pengantar sekaligus ulasan mendalam untuk novel Arundhati Roy The God of Small Things edisi Indonesia Jakarta Yayasan Obor Indonesia 2002 Artikelnya Tiga Wajah Julius Caesar Gender dan Politik dalam Terjemahan menelaah terjemahan Julius Caesar karya William Shakespeare oleh Muhamad Yamin 1951 Asrul Sani 1976 dan Ikranegara 1985 dalam khasanah teater Indonesia 12 Kajian budaya SuntingMelani Budianta dikenal sebagai salah seorang pelopor perkembangan Kajian Budaya Cultural Studies 13 di Indonesia Ia telah mengajar mata kuliah Kajian Budaya sejak pertengahan 1990 an sebelum akhirnya Universitas Indonesia membuka program Magister Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Melani mendorong penggunaan perspektif Kajian Budaya di bidang bidang yang sebelumnya lebih banyak disoroti dari sudut pandang lain seperti misalnya kasus buruh migran Ia pernah bersama sama dengan tim peneliti Universitas Indonesia melakukan penelitian tentang identitas budaya pekerja migrasi domestik asal Indonesia Tanpa menihilkan kasus kekerasan nyata yang menimpa TKI di Indonesia penelitian ini mencoba melihat akumulasi modal budaya yang diperoleh buruh migran selama di luar negeri Pada tahun 2013 penelitian ini diolah oleh B Verry Handayani dan Teater Garasi dalam bentuk pertunjukan teater dokumenter berjudul Sangkar Madu 14 Karya ilmiah SuntingBeberapa tulisan akademis Melani Budianta dalam jurnal dan antologi berbahasa Inggris Sunting Malang Mignon Cultural Expresssions of the Chinese 1940 1960 Diarsipkan 2014 02 11 di Wayback Machine dalam Jennifer Lindsay amp Maya H T Liem Heirs to World Culture Being Indonesian 1950 1965 Leiden KITLV Press 2012 255 281 Negotiating Boundaries and Alterity The Making of a Humanities scholar in indonesia a Personal Reflection dalam Beng Lan Goh ed Decentring amp Diversifying Southeast Asian Studies Perspectives from the Region Institute of Southeast Asian Studies 2011 187 Beyond the Stained Glass Window Indonesian Perceptions of the United States War on Terror dalam David Farber ed The International Perceptions on The U S War on Terror Princeton University Press 2007 27 48 The Dragon Dance Shifting Meanings of Chineseness in Indonesia dalam Katherine Robinson ed Asian and Pacific Cosmopolitans Self and Subject in Motion pranala nonaktif permanen Palgrave Macmillan 2007 169 189 Diverse Voices Indonesian Literature and Nation Building dalam Hock G Lee dan Leo Suryadinata eds Language Nation and Development in Southeast Asia Singapore Institute of Southeast Asian Studies 2007 51 73 Decentralizing Engagements Women and the Democratization Processes in Indonesia Signs Summer 2006 vol 31 The blessed tragedy The making of women s activism during the Reformasi years Challenging Authoritarianism in Southeast Asia Comparing Indonesia and Malaysia Routledge Curzon 2003 145 77 Plural Identities Indonesian Women s Redefinition of Democracy in the Post Reformasi Era Review of Indonesian and Malaysian Affairs 36 1 2002 35 50 Indonesian women s responses to violence towards an alternative concepts of human security Inter Asia Cultural Studies 1 2 2000 361 363 Discourse of cultural identity in Indonesia during the 1997 1998 monetary crisis Inter Asia cultural studies 1 1 2000 109 128 Buku dan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia Sunting Tiga Wajah Julius Caesar Gender dan Politik dalam Terjemahan dalam Henri Chambert Loir ed Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia Diarsipkan 2014 02 09 di Wayback Machine KPG EFEO Forum Jakarta Paris Pusat Bahasa Univ Pajajaran 2009 hal 1011 1024 Melani Budianta et al Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi Magelang IndonesiaTera 2002 Sastra dan Ideologi Gender Horison XXXII 4 1998 Tulisan di media massa Indonesia Sunting Transformasi Gerakan Perempuan di Indonesia Diarsipkan 2015 07 14 di Wayback Machine Kompas 20 Desember 2000 Saya Kapok jadi Wanita Surat Terbuka untuk Menteri UPW Media Indonesia 1 Juli 1998 Referensi Sunting Nur Iman Subono Catatan Perjalanan Suara Ibu Peduli Jakarta Yayasan Jurnal Perempuan 1999 Melani Budianta Saya Kapok jadi Wanita Surat Terbuka untuk Menteri UPW Media Indonesia 1 Juli 1998 Melani Budianta The Dragon Dance Shifting Meaning of Chineseness in Indonesia dalam Katherine Robinson ed Asian and Pacific Cosmopolitans Self and Subject in Motion Hampshire UI Palgrave 2007 hal 169 189 Melani Budianta Indonesia Comes into Existence in Everyday Life The Jakarta Post August 24 2008 Melani Budianta Pinteresque Gaya Harold Pinter di dalam Lakon lakonnya The Birthday Party The Caretaker dan Silence pranala nonaktif permanen Universitas Indonesia 1979 Bagian dari disertasinya diterbitkan dalam A Stained Glass Window Stephen Crane s Cultural Translations American Studies International Vol 37 No 1 February 1999 hal 71 88 Tokoh Taman Ismail Marzuki Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010 03 27 Diakses tanggal 2013 07 03 Sapardi Djoko Damono dan Melani Budianta eds Sandiwara Derma Antologi Drama Jakarta Pusat Bahasa Depdiknas 2009 John McGlynn ed Antologi Drama Indonesia Jilid 1 1895 1930 Jakarta Lontar Foundation 2006 Melani Budianta et al Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi Magelang IndonesiaTera 2002 Rene Wellek dan Austin Warren Teori Kesusastraan diindonesiakan oleh Melani Budianta Jakarta Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama 1995 Tiga Wajah Julius Caesar Gender dan Politik dalam Terjemahan dalam Henri Chambert Loir ed Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia KPG EFEO Forum Jakarta Paris Pusat Bahasa Univ Pajajaran 2009 hal 1011 1024 Tentang Cultural Studies dan kontroversinya di Indonesia lihat Ahmad Sahal Cultural Studies dan Tersingkirnya Estetika pranala nonaktif permanen Kompas 2 Juni 2000 hal 29 Aryo Wisanggeni Kesaksian dari Toko Kelontong Kompas Minggu 9 Juni 2013 Pranala luar Sunting Indonesia Profil Guru Besar Universitas Indonesia Indonesia Tokoh Diarsipkan 2015 11 07 di Wayback Machine Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Tokoh Sastra Diarsipkan 2013 02 04 di Wayback Machine Dokumentasi Sastra Indonesia dan Nusantara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Indonesia Tokoh Diarsipkan 2010 03 27 di Wayback Machine www tamanismailmarzuki com Indonesia Melani Budianta Indonesia Comes into Existence in Everyday Life The Jakarta Post August 24 2008 Against the Grain Two Chinese Indonesian Women are Role Models for the Younger Generation Inside Indonesia 95 Jan Mar 2009 Artikel bertopik biografi tokoh ini adalah sebuah rintisan Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya lbsDiperoleh dari https id wikipedia org w index php title Melani Budianta amp oldid 18653358, wikipedia, wiki, buku, buku, perpustakaan,

artikel

, baca, unduh, gratis, unduh gratis, mp3, video, mp4, 3gp, jpg, jpeg, gif, png, gambar, musik, lagu, film, buku, permainan, permainan.